Dalam akun Facebooknya Tjoetjoe Sandjaja Hernanto Presiden Kongres Advokat Indonesia mengaku terkejut ketika mendapat kabar bahwa Peradi utk menggagalkan RUU Advokat pada DPR periode yg lalu telah menghabiskan anggaran hingga 4 milyar.
“Masya Allah, itu cukup utk membangun panti jompo bagi para Advokat sepuh yang tidak mampu”, ucapnya
Tjoetjoe Sandjaja Hernanto yang akrab di sapa Mas Cu ini memang aktif mengawal terwujudnya RUU Advokat bukan hanya untuk KAI tapi untuk kehormatan Advokat Seluruhnya. Menurutnya, perubahan adalah sebuah keniscayaan Advokat menuju Officium Nobile.
Tjoetjoe
pernah mengungkapkan, RUU Advokat adalah satu jalan untuk memperbaiki dunia
advokat Indonesia. RUU Advokat bukan untuk kepentingan organisasi advokat
tertentu saja, tetapi untuk kepentingan semua advokat, Tegas Tjoetjoe
“RUU Advokat ini ditujukan untuk memperbaiki kehidupan semua advokat. Bukan
hanya untuk KAI, bukan hanya untuk PERADI, bukan hanya untuk IKADIN, bukan
hanya untuk PERADIN, tapi untuk semua. Untuk Advokat!” paparnya.
Sebelumnya RUU Advokat yang mengundang pro kontra ini memang sempat kembali masuk daftar program legislasi nasional (Prolegnas) DPR. Namun RUU ini di gagalkan habis-habisan oleh Peradi.
Tentang Upaya penggagalan RUU Advokat ini
diungkapkan sendiri oleh orang nomor dua Peradi Luhut M.P Pangaribuan dalam http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt550ab9acf32d6/peradi--cegahlah-sebelum-terpuruk dengan judul Hak Jawab Luhut MP Pangaribuan "PERADI:
Cegahlah Sebelum Terpuruk"
Mengutip hak jawab
tersebut terungkap, Tim yang di koordinatorinya telah
berhasil membuat draft RUU Advokat sandingan, yang mempertahankan posisi PERADI
sebagai single bar. RUU sandingan ini bahkan sudah disosialisasikan ke berbagai
fraksi di DPR termasuk secara pribadi langsung pada Ketua Baleg.
Kalau untuk biaya demo hampir 4 milyar rupiah dikeluarkan tapi untuk Tim
kami tidak dibiayai. Bagaimana hal ini bisa dilupakan, pada hal dikerjakan
dengan cuma-cuma.Itulah dua issue saja yang perlu saya sampaikan supaya khalayak bisa membacanya secara akurat bukan "menempatkan diri seolah-olah korban" sehingga orang lain dikesankan "menyalah-gunakan keperccayaan yang saya berikan pada mereka". Karena PERADI bukan milik pribadi. karena itu, bila pada Munas sekarang banyak caketum ibaratnya bukan karena seperti ‘gadis cantik’ sehingga jadi rebutan tapi untuk pencegahan sebelum PERADI terpuruk, ungkapnya. (Tim)